Tuesday, August 9, 2011

Iri dan Dengki

Good article ..


Iri Hati dan Dengki-  Penyakit Hati Yang Harus Dijauhi dan Cara Menghadapinya
-posted by pufa


Banyak karakter dalam sosial dibelahan dunia manapun dari setiap kaum, bangsa, agama, umur, budaya dan lingkungan yang meutuhkan pengertian jiwa dan logik kedewasaan agar semua itu dapat diterima dengan hati rela tanpa terpaksa. Manusia yang bersosial tidak lepas dari kata-kata seperti : berkata kasar dan sinis, bersumpah- seranah, iri dengki, tidak sportif dan sombong.

Sebahagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat iri dan dengki. Dengki kepada rakan yang baru naik jawatan, dengki kepada jiran/kawan yang punya kereta mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustaz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya.

Dan sungguh tidak dapat dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan yang telah mulai membuka pintunya, ia semakin memberikan peluang untuk membuka ‘pintu hati’ untuk saling mendengki. Kerana ukuran globalisasi sekarang disamakan dengan material yang dizahirkan. Manusia pun semakin tak dapat mengendalikan hati sendiri.

Rasa dengki dan iri hati  tumbuh apabila orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapat nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasad dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.

Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki

Dalam bahasa sinis, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalunya adalah berkait. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelumang  dengan duka lara.

Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang ertinya:
 “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang kerananya.” (QS. Ali Imran: 120)

Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang ertinya:
 “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)

Kedengkian saudara-saudara Yusuf kepada dirinya mengakibatkan sebagian dari mereka ingin meraguti nyawa saudaranya sendiri, Yusuf ‘Alaihis Salam. Allah Ta’ala mengisahkan dalam firmanNya, yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8 – 9)

Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela:
 “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karnia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Rasulullah Saw bersabda,
"Hasad, iri hati & dengki akan memakan segala kebaikan sebagai mana api membakar kayu api yang kering”.

Jika seseorang melakukan amal kebaikan (solat, puasa, infak dsb) ia sedang berada dalam wadah kebaikan yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt sebagai balasannya.

Namun, ada satu jenis penyakit yang sangat membahayakan sekali terhadap nilai amal maupun tuan punya amal, dialah penyakit Hasad, iri hati dan dengki. Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw di atas, sehingga amal ibadah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia belaka.

Orang pintar mengatakan, hidup ini adalah perjuangan, pengorbanan baik yang ujud dalam bentuk material, tenaga maupun pemikiran. Begitu juga dalam mengharungi lautan kehidupan ini, hidup dalam bermasyarakat apalagi di zaman sekarang (moden), baik dalam mengejar impian, perkongsian, bersyarikat dsb.

Kecenderungan untuk selalu menjadi yang terbaik dan berjaya dalam meraih hasil yang terbanyak sangatlah tinggi. Jikalau diri sampai hilang kawalan dalam menghadapinya,  jelas kegagalanlah yang akan menghampiri kita, yang menyerupai kepada kekacauan fikiran dan kegoncangan jiwa, yang di iringi dengan munculnya berbagai macam penyakit seperti stres, depresi, tekanan jiwa, sampai pada penyakit hati yang sangat berbahaya seperti lahirnya sifat hasad, iri dan dengki.

Jelas sangat tidak rasional sekali, apabila seseorang manusia pergi ke tempat-tempat yang dianggap keramat meminta dan memohon  supaya orang lain yang berjaya agar menjadi hancur dan gagal.

Namun, hal-hal kedengkian ini adalah di larang agama, sebaliknya mengutamakan sifat syukur nikmat, lapang dada, sabar, saling tolong menolongi dsb.

Dengki pada hakikatnya adalah peribadi seseorang yang berusaha untuk memuaskan diri sendiri, senang melihat orang lain di timpa kesusahan dan susah melihat orang lain mendapat nikmat. Pada dasarnya pendengki akhlaknya sangat buruk sekali, fikirannya kotor serta selalu mencari kesalahan orang lain dengan berbagai macam cara.


Sementara diri secara ghaib akan di pengaruhi dan di goda Setan dan Iblis yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia bahkan akan terus mengapi-apikan manusia dengan memunculkan keinginan-keinginan buruk untuk menghalalkan segala cara, yang berawal dari memperturutkan hawa nafsu. 

Sabda Rasulullah Saw,
"Telah masuk kedalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu)Hasad, Iri, Dengki, itulah yang akan membinasakan agama". ( Hr. Ahmad & Tarmizi ).

Maksud hadis Rasulullah Saw di atas adalah bahwa hancurnya atau terpecahnya agama menjadi tercerai-berai, saling membenci, bermusuhan dan saling merosak disebabkan oleh sifat hasad, iri hati dan saling mendengki di antara penganutnya sendiri yang tak berkesudahan, dan membiarkan keadaan diri dan rohaninya di permainkan oleh tipu daya setan dan iblis.

 Bukankah Iblis di keluarkan dan di usir dari dalam syurga oleh Allah karena menyimpan sifat hasad, iri dan dengki dengan kewujudan Adam. Lalu nampaklah sikapnya yang sombong, angkuh dan bongkak  yang terkenal dengan istilah Aba wa Istaqbara atau aku lebih baik dari pada dia ?. Padahal Iblis di perintahkan Allah sujud pada Adam hanya untuk menghormati kewujudannya di dalam syurga yang akhirnya wujudnya kemunculan umat manusia di permukaan bumi ini.

Begitu juga penyakit hasad, iri dan dengki ini juga menimpa anak keturunan Nabi Adam (Qabil) yang terus di hasut oleh iblis untuk memiliki saudara kembar yang bukan haknya dengan kedengkian hatinya pada adiknya sendiri (Habil). Sehingga jatuhlah tuntutan terhadap diri si Qabil sebagai pelaku pembunuhan pertama di atas bumi ini, sedangkan darah pertama yang membasahi bumi Allah ini adalah darah dari tubuh si Habil. Hal ini tidak akan pernah boleh di bendung sampai akhir zaman selama sifat hasad, iri, dengki sifat, sombong, pongah dan sifat-sifat buruk lainya tetap di pelihara dalam hati setiap manusia. Setiap pembunuhan yang terjadi di muka bumi ini sampai akhir zaman maka Qabil akan mendapat dosanya selain dosa si pembunuh tsb. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat ini.

Allah Swt berfiraman
Dan carilah pada apa-apa yang telah di kurniakan Allah kepadamu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kapadamu dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi ( Qs Al Qashash-77 ).

Firman Allah dan hadis Saw di atas memerintahkan pada umat manusia untuk selalu berperilaku baik terhadap semua makhluk dan berlaku lemah lembut dalam usaha mencari kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mempergunakan kekuatan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki ke jalan yang baik dan benar. Kerana setiap manusia yang di ciptakan Allah ke atas dunia ini bukanlah untuk jadi seorang yang kecundang dan sampah masyarakat tapi manusia itu telah di siapkan oleh Allah, berpotensi besar untuk menjadi orang yang berguna baik untuk diri sendiri, keluarga maupun untuk bangsa dan negara ini apalagi untuk kehidupan akhirat kelak.

Dalam hal ini sangat di anjurkan sekali mengambil contoh keteladanan dari Rasulullah Saw yang telah tercatat sebagai manusia tersukses dunia dan akhirat dalam sejarah umat manusia.

Sebab-sebab Dengki

Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali kerana:

1- Kecintaan kepada dunia
.
Dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antara keluarga, antara teman sejawat, antara jiran tetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.


2-Ta’azzuz (Merasa Paling Mulia).
 Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila orang lain  mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang lebih daripadanya.

3- Takabbur atau Sombong.
 Ia memandang remeh orang lain dan kerana itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Ta’ala dalam firmanNya, yang artinya: “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?” (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari anak yatim atau orang biasa.

4- Merasa Ta’ajub dan Hairan terhadap kehebatan dirinya.
Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut sehingga mereka berkata: “Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?A” (QS. Al-Mu’minun: 34). Allah Ta’ala menjawab kehairanan mereka dengan firmanNya, yang artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)

5-Takut mendapat saingan.
 Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antara dua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.

6- Kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah.
 Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang semacam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.

Terapi Mengubati Dengki

Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak boleh diubati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah mendapat manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya kerana kedengkian kita.

Bahkan kemenangan itu ada pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun dunia. Dalam hal agama, orang yang didengki itu teraniaya , apalagi jika kedengkian itu tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Dan balasan itu akan dijumpai di akhirat. Adapun kemenang-annya di dunia adalah musuhmu bergembira karena kesedihan dan kedengkianmu itu.

Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang saleh yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut.

Sangat sulitnya menerima karakter negatif seseorang kerana secara psikologi mungkin kita memiliki karakter tersebut, seperti bercermin, kita mungkin tidak mahu mengakui bahwa diri sendiri memiliki satu, dua atau lebih karakter negatif itu. Sebelum mengata dan merasa tidak selesa terhadap karakter seseorang, ada baiknya jika mengetahui dahulu, yang mana karakter negatif. Diri sendiri? Tanyalah hati , kerana hati tidak pernah berbohong, atau tanyakan kepada keluarga terdekat atau sahabat kita, karakter bagaimanakah yg kita miliki? Baru setelah kita mengetahuinya, dengan pasrah, sedar, sabar dan tidak munafik, kita akan cuba  “mengubati” karakter negatif tersebut, karena jiwa kita “sakit”. Jiwa yang sakit tidak dapat dengan serta merta dihilangkan secepat kilat.

 Hanya dengan keimanan dan kedewasaan, jiwa yang sakit dapat sembuh. Pertanyaannya bagaimana melakukan pengubatan itu? Perlu dicari, asanya  jiwa yang sakit berasal dari mana? dari kekecewaankah? kesedihan menahun? amarah? dendam? tidak mahu menerima kenyataan? tidak puas diri?

Untuk itu sila tanyakan dengan jujur pada diri anda sebabnya apa? Kategorikan sebab2 tersebut, pergilah dan ubati satu-satu. Jangan lakukan pengubatan  atas karakter negatif tersebut, kerana emosi kita seringkali menolak untuk menyembuhkan jiwa yang sakit. Jadilah seperti kupu-kupu, dari sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang indah.

Tidak sedikit manusia mencari pengubatan tersebut dengan mendengar, mendatangi ceramah-ceramah, dakwah, seminar motivasi dsb, padahal ubat penyembuhannya ada pada diri kita sendiri, hanya kita pura-pura tidak tahu atau rasa itu terhalang oleh keegoan kaerana merasa selesa bersembunyi dalam karakter itu, memakai topeng dan tidak mahu mengakui bahwa jiwa kita sakit.

Percuma saja kita mendengarkan dakwah, ceramah, seminar motivasi dll, hasilnya akan sia-sia juga dan membuang waktu jika kita tidak mahu berubah, useless! Lalu kita menjerit, Kenapa harus berubah? jawapannya karena kita makhluk sosial, memerlukan orang lain dalam kehidupan, karena kita tidak boleh berdiri sendiri keseorangan hingga tua! Jika kita selesa dengan karakter buruk tersebut, cuba tanya orang sekitar, apakah mereka selesa dengan karakter buruk kita? Jawabannya pasti tidak, kemudian kita beralasan, kita hanya manusia biasa tidak luput dari sifat dan karakter buruk atau bersikap masa bodoh, itu bererti kita adalah manusia yang kerdil, pengecut, tidak beradab, biadap, tak punya hati dan hanya akan menambah panjang dan sulitnya pengubatan itu kelak dan akhirnya kita yang akan merugi dunia dan akhirat.


Mudah menemukan ubat itu, bersihkan jiwa kita dari akar penyebabnya dengan : banyak bersyukur, ikhlas menerima hal buruk yang terjadi dalam hidup kita dan menambahkan terus keimanan kita, tersenyumlah, karena dengan tersenyum hati yang kecut jadi segar dan lembut, balaslah perbuatan buruk orang lain dengan kebaikan kita tanpa bersungut dan tidak dibuat-buat,

Nescaya sakitnya jiwa kita akan bersih dan sihat. Mulailah semua itu dari diri kita sendiri…. hasilnya orang disekitar kita akan terkesan dengan karakter perubahan kita yang lebih baik.

Jadi tak usah kesal atau marah jika kita berjumpa dengan orang yang berkarakter buruk dan sangat menganggu hubungan sosial kita, fahami saja kerana kita seharusnya prihatin pada mereka karena mereka “sakit” dan kita tidak mahu jadi seperti mereka kan?

Tips menghadapi orang-orang yang berkarakter buruk :

1. Jangan terpancing emosi atau sakit hati, tetaplah berpikir positif
2. Tak usah membalas apalagi melawan
3. Jangan menjelek-jelekan mereka
4. Ramahlah pada mereka
5. Jangan pencilkan mereka
6. Berbaik sangkalah pada mereka
7. Balas dengan perkataan yang sopan
8. Ajaklah berbicara empat mata
9. Jangan sinis menghadapi mereka
10. Kasihanilah mereka dengan mencuba menyedarkan mereka
11. Berilah hadiah
12. Maafkan mereka


Akhir sekali, bacalah surah al-falaq yang bermaksud:

Terjemahan:- 1.  Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
2.  Dari kejahatan makhluk-Nya,
3.  Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,
4.  Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],
5.  Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”


Dalam kitab Al-Quran, Surah Al-Hujurat Ayat 12 Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain."
Hasid (pendengki) tidak akan pernah menang juga tidak akan pernah beruntung.

Selamatkanlah kami, Ya Tuhan, dari kejahatan perilaku ini yang benihnya ada di setiap hati! Seandainya sekarang tidak ada dalam hati kita, kita tidak akan dapat memahaminya. Kita semua sudah merasakan percikannya dalam kehidupan kita, tapi seandainya kita beruntung, ia tetap menjadi percikan yang dapat ditahan dan ditutupi dengan kedermawanan dan sifat-sifat positif lainnya. Kalau kita tidak senantiasa memerangi sifat dengkii, maka ia kan terus meradang dan menguasai kita sepenuhnya

Wallahu a'alam


No comments:

Post a Comment